Derita-Derita Pendaki Gunung, Pernah Alami yang Mana?

Derita pendaki gunung - foto instagram agik_idiot

JelajahLagi.id - Setiap hobi dan kegiatan yang kita sukai memang menyimpan sebuah kesenangan dan rasa bahagia saat kita jalani. Namun ternyata ada juga derita yang harus dialami saat menjalaninya. Dan kali ini kita akan membahas tentang derita-derita yang sering dialami oleh para pendaki gunung baik sebelum maupun saat pendakian hingga pulang ke rumah.


Bisa diibaratkan derita-derita para pendaki ini bisa menjadi sebuah cerita pengalaman yang berharga untuk diceritakan ke anak cucu kelak loh. Bukan untuk mengenang kesakitan saat kita merasakan derita-derita sebagai pendaki gunung tapi bisa untuk menertawakan dan mengenang masa muda kita yang penuh perjuangan yang kadang konyol juga, eh.


Nah langsung saja nih kita masuk bahas apa saja sih derita-derita para pendaki gunung yang sering dialami baik sebelum, selama maupun sesudah pendakian.


1. Mundur Alon-Alon

Banyak sekali nih yang suka kaya gini pasti kalian pernah melakukannya kan? Eh tunggu dulu kenapa langsung pertanyaan ya padahal belum di bahas. Oke kita bahas dulu deh lalu nanti kalian bisa jawab pertanyaannya setelah selesai baca point ini ya.


Mundur alon-alon ini bukan lagu koplo yang musiknya bikin badan bergoyang ya tapi ya biasa derita ini terjadi sebelum pendakian nih. Tepatnya diawali saat ada sebuah notifikasi pesan di ponsel kita yang isinya, "Bro, makan mendoan sama semangka di pos 5 Slamet via Bambangan yuk Agustus." Atau "Minggu ke 2 September long weekend nih, Yuk gas Merbabu."


Nah setelah pesan tersebut diterima maka beberapa minggu kemudian dibuatkan group whatsapp untuk koordinasi persiapan pendakian. Mulai dari perkenalan, bahas rencana lewat jalur mana, logistik dan perlengkapan, transport, hingga update kondisi gunung. Ya pokoknya rembukan atau rapat persiapan pendakian yang biasanya diselingi candaan dan curcol serta gombalan halus dari para jomblo jika di group ada pendaki ceweknya dan masih single, eh.


Lalu tiba-tiba H-3 sampai H-1 pemberangkatan ke basecamp pendakian biasanya derita mundur alon-alon ini bakalan terlihat. Dimulai dengan pesan denga kata "Maaf...." yang diikuti alasan seperti ada kerjaan dadakan yang gak bisa ditinggal (padahal udah cuti?), cuti gak di acc bos, badan gak enak, dan alasan lain sebagainya.


Lalu menjadi efek domino dimana biasanya bakalan mundur juga teman yang diajak si A yang mundur karena belum pada kenal dan malu. Hingga akhirnya dari belasan mundur alon-alon menjadi 5 bahkan tinggal sisa 2 atau 1 orang aja. Dan derita beratnya malah ketika yang menginisiasi ngajakin muncak juga mundur alon-alon maka sudah dipastikan bakalan gagal pendakinnya dan menjadi derita yang tiada tara. Mau jalan ber 2 uang kurang buat sewa tenda karena yang punya tenda mundur. Jadi serba salah dan bikin derita apalagi 1 teman terakhir bilang "Kalau gitu gua juga gak jadi deh."


Nah sekarang coba jawab pertanyaan diawal pint satu ini pasti kamu sudah bisa jawab kan hayo ngaku dan apa alasan unik yang pernah kamu berikan saat mundur alon-alon nih? Bisa tulis di komentar ya.


2. Puter Balik, Gunungnya TUTUP bro!

Kalau ini biasanya derita paling nyesek nih buat para pendaki gunung. Udah otw dari rumah bawa-bawakeril gede naik motor atau naik kendaraan umum ke basecamp pendakian. Eh tiba-tiba pas udah sampai basecamp gak ada orang sama sekali dan ada tulisan gedeyang di tempel di basecamp bertuliskan "PENDAKIAN TUTUP SEMENTARA" yang biasanya bikin mengelus dada dan bilang hadeeehhh dengan ekspresi kekecewaan tingkat dewa.


Derita pendaki gunung tutup, puter bali bro - foto instagram pgl_cemorosewu
Derita pendaki gunung tutup, puter balik bro - foto instagram pgl_cemorosewu

Padahal persiapan sudah matang dan tim pendakian pun gak ada yang mundur alon-alon semuanya lengkap. Tapi apa daya kadang alam gak bisa di prediksi kaya perasaan si dia, eh. Dan perjalanan, booking tiket online, sampai cuti kerja pun jadi sia-sia karena gunungnya TUTUP.


Biasanya jalur pendakian atau gunung di TUTUP itu karena adanya kondisi darurat mulai dari gunung yang mau erupsi, longsor, badai dan cuaca ekstrem hingga wabah penyakit. Seperti pada Juli 2021 dimana hampir semua gunung di pulau Jawa dan Bali ditutup karena wabah COVID 19.


Dan derita ini bakalan jadi tamparan berat nih bagi para pendaki terutama pendaki pemula yang baru pertama kali diajakin mendaki gunung. Pasti mentalnya langsung mental dan bisa jadi gak mau diajakin lagi buat naik gunung.


Biasanya para pendaki bakalan putar balik kalau yang rumahnya dekat cuma berbeda kecamatan, kota atau kabupaten. Nah bagi yang dari luar pulau udah jauh-jauh naik pesawat mau maraton Atap Jawa Timur, Atap Jawa Tengah, dan Atap Jawa Barat, eh malah tutup semua pasti gak bakalan nangis darah deh, eh.


Gak enak kan kalau kaya gitu makanya bisa buat plan B untuk para pendaki yang jauh nih. Jadi seandainya harus puter balik karena TUTUP bro! masih bisa tetap mendaki ke gunung terdekat. Tapi harus tetap cek status gunungnya dulu ya biar gak puter balik lagi tar dikira odong-odong deh bawa keril gede puter balik mulu.


Jadi biasakan sebelum berangkat baik itu pas masih wacana ataupun pas hari H pemberangkatan ke basecamp pendakian selalu cek status pendakin gunung yang akan di tuju ya. Kalian gak perlu nyari-nyari tanya kesana-kesini untuk status pendakian gunung yang akan kalian tuju. Karena kami sudah buatkan rangkumannya di halaman khusus di jelajahlagi.id ini loh. Jadi langsung aja klik linknya di Info Buka Tutup Jalur Pendakian Gunung Indonesia.


3. Terjebak Hujan dan Badai

Kalau derita yang satu ini sangat berbahaya nih karena menyangkut keselamatan nyawa. Hujan badai selama pendakian kemungkinan besar akan memicu sebuah penyakit gunung yang mematikan yaitu hipotermia. Dan sering menjadi derita yang dialami pendaki gunung terutama yang mendaki di saat musim hujan nih.


Maka dari itu saat hujan terjadi saat pendakian atau di puncak gunung maka resiko terserang hipotermia semakin besar. Apalagi jika perlengkapan pendakian kurang lengkap seperti tak memakai jas hujan atau ponco yang memadai. Kenapa memadai karena gak semua jas hujan dan ponco mampu menahan terpaan hujan badai dan ujung-ujungnya tembus juga airnya ke dalam. Oleh karena itu disarankan menggunakan jas hujan atau ponco yang strong waterproof & windproof untuk menjaga tubuh tetap kering.


Hujan selama pendakian juga membuat langkah kaki semakin lambat dan berujung pada molornya waktu pendakian. Ditambah lagi dengan kondisi yang semakin dingin membuat kita akan sering beristirahat yang berujung pada lambatnya pendakian.


Selain itu hujan juga bisa membuat keril basah karena rembesan dan membuat perlengkapan serta logistik ikutan basah juga. Tentu jika ini terjadi maka sangat bahaya terlebih lagi jika baju ganti kita ikutan basah. Maka bukan tak mungkin ancaman hipotermia semakin dekat dan nyata.


Oleh karena itu untuk menghindarinya selalu lapisi perlengkapan yang di bawa dengan plastik agar kalau hujan tak begitu basah. Terutama untuk logistik, pakaian ganti, sleeping bag, kompor, dan juga kamera jika ada yang bawa. Karena rain cover keril tak begitu membantu jika hujan deras dan tetap akan rembes kedalam.


Selain itu langkah untuk pencegahannya yakni selalu cek kondisi cuaca sebelum melakukan pendakian baik melalui aplikasi pemantau cuaca atau bertanya langsung kepada petugas basecamp. Dan jika di tengah jalan hujan deras maka berhentilah dan cobalah berlindung dengan mendirikan tenda. Tapi jika memang tak memungkinkan maka jalannya di pinggir jalan aja biar gak kehujanan kan hujanya hanya di tengah jalan, eh (maaf becanda dulu biar gak tegang bacanya, he he he).


4. Diserang Bagas (Babi Ganas) dan Diplak Onyet

Nah kalau derita yang satu ini memang sangat menyakitkan dan bisa membuat para pendaki gunung gak tidur semalaman. Di beberapa gunung memang banyak nih Bagas (Babi Ganas) yang suka nyerang tenda di malam hari untuk mencari makanan termasuk minta kenalan sama para pendaki nih.


Seperti contoh di Gunung Cikuray, Garut yang memang mewajibkan para pendaki yang akan mendaki gunung tersebut latihan manjat pohon sambil bawa keril. Maklum gunung Cikuray memang terkenal dengan si Bagas yang gak takut sama manusia. Maka di sepanjang jalur pendakian para pendaki sering papasan sama si Bagas dan auto manjat-manjat nih.


Tak hanya di Gunung Cikuray saja, di beberapa gunung lainnya pun sama loh namun yang membedakan di gunung lain si Bagas nya muncul kaya kang ronda alias malam hari. Mulai dari ngendus-ngendus di sekitar tenda hingga menjebol tenda untuk ngambil makanan logistik para pendaki.


Biasanya yang tendanya jebol karena ulah si Bagas ini yaitu ketika para pendaki tersebut melakukan summit attack atau perjalanan ke puncak gunung namun lupa untuk menggantungkan logistik di pohon. Alhasil logistik makanan berada di dalam tenda yang kosong ditinggal summit attack. Dan ketika si bagas mencium bau makanan dari dalam tenda nalurinya mengatakan untuk masuk dan mengambil makanan tersebut. Dan sialnya si bagas gak bisa buka resleting pintu tenda jadi alhasil ia malah nyeruduk tenda sampai sobek lalu mengambil logistik makanan para pendaki dan kabur.


Saat turun dari puncak dan sampai tempat camp maka para pendaki langsung kaya TV sebelah yang nyanyi "Ku menangis....." melihat tenda di jebol sama dan logistik habis di angkut sama si Bagas. Dan biasanya yang punya tenda akan terdiam termenung meratapi nasib tendanya yang di jebol si Bagas.


Tak hanya si Bagas loh yang sering membuat para pendaki gunung menderita. Ternyata ada preman gunung juga yang suka malak para pendaki nih yaitu si Onyet. Di beberapa gunung memang kita sering melihat si Onyet ini gelantungan diatas pohon dan melompat dari satu pohon ke pohon lain. Namun ada kalanya mereka mengikuti para pendaki dan saat para pendakai istirahat mereka turun ke jalur pendakian dan memalak logistik atau cemilan para pendaki.


Mereka mengambil apapun yang bisa dan mudah diambil dari tas keril para pendaki mulai dari cemilan roti, ciki, air mineral dan lainnya. Pokoknya kalau ketemu ini pereman gunung maka segera umpetin cemilan ke dalam keril dan tutup rapat.


Dan ingat jangan pernah kasih makan si Onyet ya nanti bakalan keseringan dan melakukan hal yang sama kepada setiap pendaki yang lewat. Jadi lebih baik pertahankan cemilan kamu dan lawan preman gunung si Onyet dengan gagah berani. Lalu jika ada kesempatan langsung kabur aja biar gak dikejar terus sama si Onyet.


Mana nih suaranya yang udah pernah di serang si Bagas sama di palak sama pereman gunung si Onyet?


5. Diganggu Penunggu Gunung

Nah kalau derita para pendaki gunung yang satu ini biasanya lebih banyak terjadi pada para pendaki gunung yang memiliki mata ke tiga atau mata batin alias indra keenam yang bahasa kerennya anak indihome eh salah indigo maksudnya. Namun ternyata tak hanya pendaki indigo saja yang sering diganggu tapi para pendaki yang gak sopan, bicara sembarangan, dan melakukan hal-hal yang dilarang atau menjadi pantangan di gunung tersebut.


derita pendaki diganggu penunggu gunung - foto instagram pacartertawa
Derita pendaki diganggu penunggu gunung - foto instagram pacartertawa

Bagi para pendaki indigo tentu mereka gak akan begitu ketakutan karena sudah terbiasa dan dapat berkomunikasi sama para penunggu gunung tersebut. Tapi menurut teman saya yang indigo justru gangguan semacam ini biasanya karena mereka tertarik dengan orang tersebut apalagi jika ada anak indigo di kelompok tersebut, maka bukan tak mungkin mereka akan terus ikut dan bisa jadi mengganggu baik itu anak indigo maupun teman-teman pendakiannya.


Mereka hanya mau berkomunikasi saja sama pendaki indigo tersebut dan biasanya jika sudah bisa berkomunikasi maka bisa jadi teman dan bantu menjaga serta memperingatkan apa saja gak boleh dilakukan. Karena mereka senang ada manusia yang bisa diajak berkomunikasi dan gak takut sama mereka. Ya ibaratnya itu kaya chat kamu di balas setelah dicuekin lama sama pendaki glowing yang ketemu di gunung, eh.


Beda ceritanya jika yang diganggu ini adalah pendaki biasa alias bukan anak indigo. Maka bagi para pendaki yang diganggu tersebut bakalan mengalami hal-hal yang diluar nalar apalagi menjelang pergantian hari atau waktu maghrib.


Pada dasarnya para penunggu gunug tersebut gak akan mengganggu jika para pendaki tersebut gak mengganggu mereka duluan. Mengganggu mereka disini bisa karena melanggar pantangan seperti bebicara kotor dan melakukan-hal-hal tak senonoh dan dilarang. Seperti mengambil sesuatu yang bukan haknya, memetik bunga edelweise, menebang pohon sembarangan, berkata kotor, dan lain sebagainya.


Gangguan di gunung seperti ini memang tak jarang dialami para pendaki loh dan tak sedikit yang menceritakan pengalamannya ketika diganggu oleh sang penunggu gunung. Dan salah satunya bisa di baca di sini ya tentang pengalaman mimin sendiri nih yang kemalaman ketika turun dari gunung Ciremai. Langsung aja baca disini Kisah Mistis Gunung Ciremai, 2 Kali Ketemu Pendaki Misterius Hingga Suasana Turun yang Mencekam.


Jadi sebisa mungkin kita harus menyadari bahwa kita adalah tamu ketika di gunung dan harus menjaga diri dan perkataan serta segala hal yang dilarang dan jadi pantangan di gunung tersebut. Biar gak diganggu oleh para penunggu gunung yang marah karena kelakuan kita.


6. Derita Loe, mblo

Derita yang satu ini biasanya terjadi saat di puncak gunung nih dimana para pendaki yang mengalami ini lebih seram dari derita diganggu penunggu gunung loh. Karena derita ini hanya dialami oleh para pendaki single aka mblo ketika melihat pasangan pendaki foto bareng di puncak dengan mesranya. Jadi bikin laper deh, eh baper maksudnya.


Ditambah lagi derita ini semakin menjadi-jadi ketika si pasangan saling suap-suapan pas makan tuh dan pas naik dan turun saling pegangan tangan. Berasa dunia milik berdua yang lain ngontrak, eh. Sungguh rasanya bisa kalian tafsirin sendiri deh gimana, karena kalian juga pernah merasakannya kan hayooo ngaku aja. Kalian pernah jadi obat nyamuk pas di gunung.


Derita pendaki mblo liat pemandangan sweet ini di gunung - foto instagram farhan.ziidan
Derita pendaki mblo liat pemandangan sweet ini di gunung - foto instagram farhan.ziidan

Jadi untuk poin ini gak akan kita bahas lebih panjang lagi takutnya para pendaki gunung protes tentang poin ini. Jadi cukup kita dan kalian para pendaki gunung single aka jomblo yang tahu gimana rasanya derita yang satu ini.Apalagi pas turun dan pulang ke rumah langsung dilempar pertanyaan sama emak, "Naik gunung mulu, mending naik pelaminan." Deg, rasanya langsung kaya summit attack di Semeru naik 1 langkah turunnya 2 langkah.


Nah itulah 6 derita yang sering dialami oleh para pendaki gunung ketika mendaki sebuah gunung. Jadi gimana udah merasakan dan sering merasakan derita yang mana aja nih dari ke enam daftar di atas?


Yang pasti derita-derita di atas yang kalin alami ketika mendaki gunung akan menjadi pengalaman berharga dan menjadi cerita yang bisa kalian wariskan kepada anak cucu kalian loh. Dan bisa jadi baha cerita juga ketika mendaki ke gunung lain dan ketemu teman baru yang asyik. Ibarat pepatah pelaut yang handal gak akan terlahir dari lutan yang tenang. 


Jadi kalau kamu mengalami salah satu derita di atas jangan lemah ya dan kapok naik gunung. Tapi jadilah sosok yang kuat karena pengalaman pernah merasakan derita-derita seorang pendaki gunung. Siapa tahu setelah khatam merasakan derita-derita pendaki gunung kamu bisa jadi pendaki gunung tingkat dewa loh yang sangat keren tapi masih kalah sama pendaki ganda campuran sih, eh.

Redaksi Jelajah Lagi

Kami mengulas berbagai hal menarik tentang petualangan, pendakian gunung dan traveling serta perlengkapan outdoor untuk menunjang aktifitas alam bebas.

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال